INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Sambutan/Pidato Menkominfo Harkitnas Ke-111 Tahun 2019

Sambutan/Pidato Menkominfo pada Upacara Harkitnas Ke-111 Tahun 2019. Setelah pada kesempatan sebelumnya kami telah membagikan Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-111 tahun 2019, maka kali ini kami juga akan membagikan Pidato/Sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika RI pada Upacara Bendera dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-111 Tahun 2019. Berdasarkan Pedoman upacara Harkitnas, dalam susunan pelaksanaan upacara terdapat kegiatan membacakan pidato dari Menkominfo, maka dari itu, bagi para panitia pelaksanaan upacara sanggup mengunduh file pidato tersebut pada artikel ini. 

Pidato Menkominfo pada Upacara Harkitnas Ke Sambutan/Pidato Menkominfo Harkitnas Ke-111 Tahun 2019

Download Naskah Pidato Harkitnas Ke-111 Tahun 2019 oleh Menkominfo. Pada artikel ini, akan kami berikan cuplikan isi pidato yang termuat dalam naskah yang dibagikan pribadi oleh Menkominfo untuk upacara peringatan Harkitnas tahun 2019 ini. namun, apabila Anda masih ingin tau banget, maka sanggup pribadi mengunduhnya pada link download yang telah kami siapkan. Semoga file pidato / sambutan Menkominfo pada Upacara Harkitnas besok senin tanggal 20 Mei 2019 tersebut sanggup berkhasiat bagi masyarakat di Indonesia. 

Berikut ini merupakan cuplikan isi pidatonya;

SAMBUTAN
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI
PADA
PERINGATAN HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-111
20 MEI 2019

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam hening sejahtera bagi kita semua,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.

Saudari-saudara  seluruh rakyat Indonesia, dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote, yang saya hormati,

Dalam naskah Sumpah Palapa yang ditemukan pada Kitab Pararaton tertulis: Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, TaƱjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa".

Memang ada banyak versi tafsiran atas teks tersebut, terutama perihal apa yang dimaksud dengan "amukti palapa". Namun meski hingga dikala ini masih belum diperoleh pengetahuan  yang pasti, umumnya para jago setuju bahwa amukti palapa berarti sesuatu yang berkaitan dengan laris prihatin sang Mahapatih Gajah Mada. Artinya, ia tak akan menghentikan mati raga atau puasanya sebelum mempersatukan Nusantara.

Sumpah  Palapa  tersebut merupakan embrio paling berpengaruh bagi janin persatuan Indonesia. Wilayah Nusantara yang disatukan oleh Gajah Mada telah menjadi contoh bagi usaha berat para hero nasional kita untuk mengikat wilayah Indonesia menyerupai yang secara de jure terwujud dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dikala ini.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-111, 20 Mei 2019, kali ini sangat relevan bila dimaknai dengan teks Sumpah Palapa tersebut. Kita berada dalam situasi pasca-pesta demokrasi yang menguras energi dan emosi sebagian besar masyarakat kita. 
Kita mengaspirasikan pilihan yang  berbeda-beda dalam pemilu, namun semua pilihan niscaya kita niatkan untuk kebaikan bangsa. Oleh alasannya ialah itu tak ada maslahatnya bila dipertajam dan justru mengoyak persatuan sosial kita.

Alhamdulillah, hingga kini ini tahap-tahap pemilihan presiden dan wakil presiden serta anggota legislatif berlangsung dengan lancar. Kelancaran ini juga berkat pengorbanan banyak saudara-saudara kita yang menjadi anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara, bahkan berupa pengorbanan nyawa. Sungguh mulia usaha mereka untuk menjaga kelancaran dan kejujuran proses pemilu ini.  Sambil mengirim doa bagi ketenangan jiwa para hero demokrasi tersebut, alangkah  eloknya bila kita wujudkan ucapan  terima kasih  atas pengorbanan  mereka dengan bantu-membantu menunggu secara tertib ketetapan penghitungan bunyi resmi yang akan  diumumkan oleh forum yang ditunjuk oleh undang-undang, dalam waktu yang tidak usang lagi.

Saudari-saudara sebangsa dan setanah-air, 
Telah lebih satu kala kita menorehkan catatan penghormatan dan  penghargaan atas kemajemukan bangsa yang ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Dalam kondisi kemajemukan bahasa, suku, agama, kebudayaan, ditingkah bentang geografis yang merupakan salah satu yang paling ekstrem di dunia, kita menunjukan bahwa bisa menjaga persatuan  sampai detik ini. Oleh alasannya ialah itu, tak  diragukan  lagi bahwa kita niscaya akan bisa segera kembali bersatu dari kerenggangan perbedaan pendapat, dari keterbelahan sosial, dengan memikirkan kepentingan yang lebih luas bagi anak cucu bangsa ini, yaitu persatuan Indonesia.
Apalagi peringatan Hari Kebangkitan Nasional kali ini juga dilangsungkan dalam suasana bulan Ramadan. Bagi umat muslim, bulan suci ini menuntun  kita  untuk  mengejar pahala dengan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah SWT menyerupai permusuhan dan kebencian, apalagi penyebaran kebohongan dan fitnah.  Hingga pada akhirnya, pada ujung bulan bulan puasa nanti, kita bisa menyerupai Mahapatih Gadjah Mada, mengakhiri puasa dengan hati dan lingkungan yang higienis berkat hubungan yang kembali fitri dengan saudara-saudara di sekitar kita. 
Dengan semua impian tersebut, kiranya sangat relevan apabila peringatan Hari Kebangkitan Nasional, disematkan tema "Bangkit Untuk Bersatu". Kita bangun untuk kembali menjalin persatuan dan kesatuan dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia.

Saudari-saudara sebangsa dan setanah-air,
Bangsa ini ialah bangsa yang besar. Yang  telah  mampu terus menghidupi semangat persatuannya selama berabad-abad.  Kuncinya ada dalam  dwilingga salin bunyi  berikut ini: gotong-royong. 
Ketika diminta merumuskan dasar negara  Indonesia  dalam pidato di hadapan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia,  Bung Karno, mengatakan Pancasila yang berintikan lima asas. Namun Bapak Proklamator Republik Indonesia tersebut juga mengatakan pandangan bahwa bila nilai-nilai Pancasila tersebut diperas  ke dalam tiga sila, bahkan satu “sila” tunggal, maka yang menjadi pada dasarnya  inti, core of the core, ialah gotong-royong.
Menurut Bung Karno: "Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan yang tulen, yaitu perkataan gotong royong.  Gotong-royong ialah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong!”

Yel-yel “holopis-kuntul baris” ialah arahan nenek moyang kita di tanah Jawa, dipakai sebagai paduan bunyi untuk memberi semangat ketika mengerjakan kiprah berat yang hanya bisa dikerjakan secara bergotong-royong, bersama-sama. Yel-yel ini disorakkan ketika kita membutuhkan gerak yang seirama, semoga tujuan kita satu semata, bagaikan barisan burung bangau yang sedang terbang berbaris di angkasa.
Bukan hanya di tanah Jawa, semangat persatuan dan gotong-royong telah mengakar dan menyebar di seluruh Nusantara. Ini dibuktikan dengan aneka macam ungkapan perihal kearifan mengutamakan persatuan yang terdapat di seluruh suku, adat, dan budaya yang ada di Indonesia.

Sebagaimana diserukan oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada pidato di Depan Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2018 lalu, dari tanah Minang  kita diimbau dengan  petuah  ‘Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang’  .  Kita juga diwarisi pepatah Sunda yang berbunyi 'Sacangreud pageuh, sagolek pangkek’. Dari Bumi Anging Mamiri, kita bantu-membantu berguru  ‘Reso temma-ngingi, nama-lomo, nale-tei, pammase dewata’. Dari Bumi Gora, kita diminta: ‘Bareng bejukung, bareng bebose’. Dari Banua Banjar kita bantu-membantu  menjunjung  ‘Waja hingga kaputing’. Semua menganjurkan bekerja secara gotong-royong.

Saudari-saudara sebangsa dan setanah-air,
Meski kita gali dari kearifan nenek-moyang kita yang telah dipupuk selama berabad-abad, namun sejatinya  jiwa  gotong-royong bukanlah  semangat  yang sudah renta. Sampai kapan pun semangat ini akan senantiasa relevan, bahkan semakin mendesak sebagai sebuah tuntutan zaman yang sarat dengan aneka macam perubahan.

Dengan  bertumpu pada  kekuatan jumlah sumber daya insan dan  populasi pasar, Indonesia diproyeksikan akan segera menjemput harkat dan martabat gres dalam aras ekonomi dunia. Bersama negara-negara besar lainnya menyerupai  Tiongkok, Amerika Serikat, India, ekonomi Indonesia akan  tumbuh menjadi sepuluh besar, bahkan lima besar dunia, dalam 10 hingga  30 tahun mendatang.  Kuncinya terletak pada hasrat kita untuk tetap menjaga momentum dan iklim yang tenang untuk bekerja. Kita  harus  jaga semoga suasana selalu aman penuh harmoni dan persatuan. 

Akhir kata, saya haturkan selamat memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang keseratus sebelas, seraya mengajak semoga kita semua sebagai sesama anak bangsa secara sadar memaknai peringatan kali ini dengan memperbarui semangat gotong-royong dan kolaborasi, sebagai warisan kearifan lokal yang akan membawa kita menuju kejayaan di pentas global.

INDONESIA BANGKIT! INDONESIA BERSATU!
Terima kasih,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om, 
Namo Buddhaya.
Jakarta, 14 Mei 2019


Link Download: 

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel